Sabtu, 11 Oktober 2008

Sudahkah anda menulis hari ini???

TPL :
Boleh kami tahu darimana minat menulis anda berasal?

LH :
Awalnya dari kebiasaan saya membaca buku. Setiap kali selesai membaca
buku bagus, saya merasa gemas campur iri. Kalau orang lain mampu
menulis buku sebagus itu, kenapa saya tidak?
Selain itu, sejak kecil saya menyimpan khayalan romantis bahwa suatu
hari nanti saya akan pergi keliling dunia, bertemu dengan orang-orang
yang unik, dan menulis tentang tempat-tempat indah yang saya singgahi.

TPL :
Sejak kapan anda senang menulis?

LH :
Saya mulai rutin menulis sejak kuliah, walaupun hanya sebatas menulis
diary. Setiap malam sebelum tidur, saya akan menulis tentang kejadian
yang saya alami hari itu. Saya menulis tentang teman yang menyebalkan,
dosen yang genit, mata kuliah yang sulit, dan lain-lain. Saya juga
senang menulis cerpen atau puisi tentang pacar, orangtua, bahkan
tentang kucing-kucing saya tercinta. Tapi kebiasaan menulis itu
terhenti ketika saya lulus kuliah dan sudah bekerja..

TPL :
Kenapa?

LH :
Saya bukan karyawan kantoran yang bekerja nine to five. Saya memiliki
usaha yang harus saya kelola sehari penuh, tujuh hari seminggu.
Praktis saya tidak mengenal weekend atau hari libur. Nyaris seluruh
waktu dan energi saya terkuras habis untuk pekerjaan. Kondisi itu
menyulitkan saya untuk melanjutkan hobi menulis. Selama beberapa tahun
saya tidak pernah lagi menulis, bahkan tidak sebait puisi pun. Saya
benar-benar hidup untuk bekerja.

TPL :
Lalu apa yang menyebabkan anda memutuskan untuk kembali menulis?

LH :
Setelah bertahun-tahun menghamba pada pekerjaan, hidup saya menjadi
tidak seimbang. Saya kerap mendapati diri saya mudah cemas, lelah
secara mental, dan kehilangan semangat. Saya merindukan hal-hal-hal
berarti yang bisa membuat saya bahagia, dan salah satunya adalah
menulis. Saat mencoba untuk menulis lagi, saya merasa sangat nyaman,
seperti menemukan tempat dimana saya seharusnya berada. Hingga
akhirnya, dengan keyakinan penuh saya memutuskan untuk menghidupkan
kembali impian indah saya : menjadi seorang penulis.

TPL :
Apakah anda yakin bisa menjadi seorang penulis?

LH :
Tentu saja. Saya percaya tidak ada orang yang dilahirkan untuk menjadi
penulis. Semua orang -termasuk saya- bisa menjadi penulis hebat.

TPL :
Anda sangat percaya diri, tapi bagaimana cara anda membagi waktu
antara bekerja dan menulis?

LH :
Gampang, saya mematikan televisi -pembunuh kreativitas nomer satu- dan
menggantinya dengan buku. Setiap detik waktu luang saya gunakan untuk
membaca, terutama buku bestseller karangan penulis-penulis terkenal.
Yang terpenting, saya mewajibkan diri menyediakan waktu untuk menulis,
minimal dua jam sehari. Saya pribadi sudah menemukan waktu terbaik
untuk menulis, yaitu menjelang subuh.

TPL :
Terakhir, adakah sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada rekan-rekan
sesama penulis pemula?

LH :
Teman-teman tercinta,
Menulislah selagi otak kita masih berfungsi.
Menulislah sebelum pekerjaan yang tiada habisnya pelan-pelan membunuh
kita.
Menulislah untuk menjaga pikiran kita tetap waras.
Menulis, menulis, dan teruslah menulis. Jangan pedulikan apapun yang
orang-orang katakan tentang tulisan kita, karena sesungguhnya, semua
penulis hebat berawal dari penulis pemula seperti kita.
Jadi, sudahkah anda menulis hari ini?

Tidak ada komentar: