Sabtu, 11 Oktober 2008

menerbitkan buku secara indie

Senang rasanya mengetahui ada orang yang punya keinginan untuk
menerbitkan hasil karyanya sendiri. Sebab, dengan berani menerbitkan
hasil karya sendiri, berarti Arswendo telah memposisikan diri sebagai
seorang penulis sekaligus pengusaha, yang mana nantinya akan
memberikan dua efek sekaligus, yaitu kepuasan materi dan immateri.

Dari segi kepuasan materi, Arswendo akan mendapat laba penjualan novel
tersebut yang jumlahnya pasti lebih besar daripada royalti yang
didapat jika Arswendo menerbitkannya melalui penerbit lain. Sedangkan
dari segi kepuasan immateri, Arswendo akan merasakan kebanggaan yang
tak terkira karena hasil karyanya telah menjadi sebuah buku dan dapat
dinikmati banyak orang.

Kelebihan dari penerbitan indie adalah bahwa kita yang memegang semua
kendali atas proses penerbitan hasil karya kita. Dari mulai awal
proses penulisan sampai dengan pendistribusia kita bisa mengatur
waktunya sesuai dengan keinginan kita. Hal ini jauh berbeda apabila
kita mengirim naskah kita ke sebuah penerbit. Kita harus menunggu
seleksi, kemudian menunggu proses editing, pracetak dan sampai proses
cetak yang semuanya bisa memakan waktu dari 6 bulan hingga tahunan.

Nah, bagaimana kiat-kiat untuk dapat menerbitkan novel secara indie
label? Jawabannya ada di bawah ini.

1. Naskah.

Poin ini pasti sudah jelas. Sebelum melakukan berbagai proses
penerbitan, kita harus memiliki sebuah naskah. Naskah dapat diperoleh
melalui menulis sendiri atau memperoleh dari orang lain.
2. Editing.

Setelah kita memiliki sebuah naskah, maka tahap selanjutnya adalah
proses editing. Proses ini bertujuan "mempercantik" naskah yang telah
kita miliki agar nantinya dapat dinikmati oleh pembaca.

Jika kita belum mempunyai seorang editor tetap, kita bisa menggunakan
jasa editor freelance.
3. Layout.

Pada tahap ini, naskah yang telah di-edit, kemudian di-layout menjadi
sebuah buku sesuai spesifikasi yang telah kita tentukan sebelumnya.
Proses layout ini mencakup layout isi dan cover yang juga bisa kita
out-sourcing kepada para designer freelance.

4. Cetak.

Setelah proses layout selesai dan kita sudah yakin akan tampilan isi
dan perwajahan buku kita, sekarang saatnya kita mencetak buku
tersebut. Saat ini, sepanjang yang saya ketahui, para penerbit indie
mencetak sebanyak 3000 eksemplar pada proses cetak pertama.

5. Distribusi.

Setelah buku tercetak, pekerjaan kita selanjutnya adalah
mendistribusikannya ke toko-toko agar pembaca dapat membeli buku
tersebut. Dalam mendistribusikan buku-buku itu kita tidak perlu
mengantarnya sendiri ke setiap toko buku, karena selain hal ini tidak
efisien dan membuang banyak waktu serta tenaga, juga sangat tidak
efektif, sebab kemampuan kita untuk mendistribusikan buku itu sendiri
tidak akan bisa mencakup seluruh toko yang ada di Indonesia, padahal
kita ingin agar buku-buku yang telah kita terbitkan itu bisa dipajang
di seluruh toko di Indonesia. Lantas, bagaimana solusinya?

Solusi terbaik adalah menggunakan jasa distributor. Dengan menggunakan
jasa distributor, semua buku kita akan tersebar ke seluruh toko buku
di Indonesia. Biasanya para distributor itu akan meminta bagian
sekitar 35% hingga 55% dari harga buku kita.

Nah, demikian kiat-kiat yang mungkin bisa membantu Arswendo dan
teman-teman lainnya.

Mengenai HAKI, setahu saya dalam menerbitkan novel tidak perlu
mengurus HAKI. Hanya saja, apabila ingin buku kita bisa diterima oleh
toko-toko buku besar, biasanya kita diminta untuk memiliki nomor ISBN
terlebih dahulu, dan pengurusan ISBN ini dapat dilakukan di Perpusnas
dengan biaya Rp25.000,-

Semoga membantu.

Ovan

Hp.0818-123217

Tidak ada komentar: