Sabtu, 11 Oktober 2008

belajar menulis dari sinetron...

BELAJAR MENULIS DARI SINETRON

Mungkin ada orang yang berpandangan bahwa mereka yang menonton
sinetron adalah kaum ibu-ibu atau emak-emak. Mereka yang menonton
sinetron adalah orang-orang yang sentimentil, yang biasa meneteskan
air mata. Jadi, bagi pria –baik dewasa atau yang masih remaja- yang
suka menonton sinetron bisa dicap seperti emak-emak. Suatu konotasi
yang memiliki citra buruk.
Padahal bagi seorang penulis, sinetron bisa dapat dijadikan sarana
untuk memahami sebuah tulisan dalam bentuk visual. Dalam sinetron kita
dapat melihat adanya konflik. Konflik adalah sesuatu yang harus ada
dalam sebuah tulisan fiksi. Dalam sinetron kita juga dapat melihat
bagaimana caranya mengembangkan suatu konflik hingga berantai dan
membesar. Coba perhatikan! Ketika sedang seru-serunya, iklan datang
atau sinetron bersambung. Itulah konflik yang selalu mengundang
penonton untuk terus mengikuti serialnya. Begitu pula seharusnya
seorang penulis. Dia harus mampu membawa pembaca untuk terus membaca
tulisannya hingga akhir. Dalam sinetron kita dapat melihat berbagai
macam tokoh dengan berbagai karakternya. Memahami tokoh dan
karakternya merupakan sesuatu yang juga diperlukan dalam tulisan fiksi.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengajak pembaca untuk ramai-ramai
menonton sinetron. Sebab masih banyak hal yang lebih penting untuk
diperhatikan. Tulisan ini hanya dimaksud agar kita mempunyai sudut
pandang (paradigma) lain kepada sinetron, bukan hanya sekedar hiburan
dan tontonan. Sinetron dapat dijadikan pelajaran atau cermin seorang
penulis, terutama penulis fiksi.


arnabgaizir. blogspot. com
arnab20.multiply. com

Tidak ada komentar: