Sabtu, 11 Oktober 2008

inspirasi, kini aku datang...

CANDITA #5
INSPIRASI, KINI AKU DATANG

Agar hidup menjadi lebih bermakna, biasanya kita selalu ingin
melakukan hal yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri, juga
orang lain. Hal yang positif itu terkadang kita temukan pada orang
lain, dan kita kemudian "menirunya". Mario Teguh dalam sebuah acara
motivasi di O Channel menyampaikan, meniru tidak selamanya jelek.
Bahkan, sebenarnya apa yang kita lakukan selama ini adalah hasil
meniru dari orang lain yang kita liat. Cara berjalan kita, cara bicara
kita, cara makan kita, pada dasarnya adalah meniru. Setelah dipikir,
ternyata apa yang diungkapkan Mario Teguh itu ada benarnya.
Apa yang kita liat dari orang itu biasanya kita sebut sebagai
`inspirasi'. Nah, ngomong-ngomong soal inspirasi, saya teringat sebuah
iklan koran di televisi yang menggambarkan betapa sulit orang mencari
inspirasi dengan slogannya: "Sussah Cari Inspirasi?". Dan ternyata
koran itu menawarkan diri sebagai salah satu sumber inspirasi. Semula
saya beranggapan yang sama dengan iklan koran itu, bahwa inspirasi
harus dicari. Tapi, belakangan saya meyakini inspirasi tidak
sepenuhnya dicari. Tapi, inspirasi harus diciptakan oleh diri sendiri.
Maksudnya?
Sederhana, jika kita beranggapan bahwa inspirasi itu dicari, maka
sesungguhnya anggapan seperti itu telah menjustifikasi bahwa diri kita
tidaklah ada nilainya, kecuali setelah mendapatkan inspirasi dari
orang lain. Tapi, jika kita menganggap inspirasi itu diciptakan oleh
diri sendiri, maka ada dua hal nilai positif yang bisa kita rasakan:
merasa diri sendiri bernilai, dan selalu semangat mencari sesuatu
barometer agara dirinya menjadi lebih bernilai. Dan barangkali apa
yang disebutkan Mario Teguh berkaitan dengan "meniru" adalah barometer
itu.
Saat saya beralasan tidak menulis karena belum mendapatkan inspirasi,
kawan saya, Abdul Latief (entah meniru dari siapa :P) menyampaikan:
"Inspirasi itu nggak dicari, tapi diciptakan." Hmm... kadang-kadang
teman saya yang satu itu sekalipun bicaranya asal ceplos tapi ada
bagusnya juga. (Ingat yah, kadang-kadang lho, Tief).

Mereka yang Menginspirasi
Saya merasa perlu mencari barometer untuk menjadikan hidup saya lebih
bermakna, dan biasanya saya mencari barometer itu tak jauh dari
lingkungan sekitar yang saya kenal. Sebagai contoh, untuk pendidikan,
saya sering terinspirasi oleh seorang pemuda bersemangat tinggi asal
pedalaman Cibaliung Pandeglang, Ibnu Adam Aviciena. Semula saya
mengenalnya lewat tulisan dan korespondensi e-mail, kebetulan kawan
saya itu aktif di Rumah Dunia. Wawasannya yang luas dicampur dengan
imajinasinya yang "liar", kemudian daya kritisnya yang khas terhadap
berbagai hal, menjadikan tulisan-tulisannya renyah dan gurih untuk
dinikmati. Dia memang pemuda dengan multitalenta. Yang paling bikin
saya iri dari dirinya adalah saat ia bercerita mendapat beasiswa dan
akan berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi S2 di Leiden University.
Saya tertegun mengucap tasbih, subhanalLah. Rasa salut saya bertambah
saat ia bercerita bagaimana kehidupannya dari SD hingga kuliah di IAIN
Serang. Bagaimana ia mesti bertahan hidup dan membiayai kuliah dengan
keringat sendiri. Bagaimana ketika ia harus memutuskan keluar dari
Cibaliung sampai akhirnya kuliah di IAIN Serang dan sekarang bahkan ke
luar negeri, Belanda. Semua perjalanan hidup yang ia tuturkan lewat
lisan dan tulisan menjadi inspirasi bagi saya untuk menjalani hidup
lebih bermakna.
Dalam dunia tulis menulis, saya tidak sepakat dengan apa yang
diprediksikan Abdul Latief dalam tulisannya "Kebangkitan Kawan Lama"
bahwa semangat menulis saya kembali muncul karena teringat akan pesona
kecantikan Cleopatra di Mesir. Ah, benar saja, omongan teman lama itu
hanya kadang-kadang saja bagusnya hehe...
Sejujurnya, inspirasi semangat menulis saya dapatkan setiap kali saya
masuk ke toko buku Tisera di Serang dan Salemba di Cilegon. Hampir
seminggu sekali saya ke toko buku, melihat-lihat buku baru dan
kadang-kadang membeli hehe. Saya seperti tersengat listrik saat
melihat beberapa buku yang ditulis oleh kawan-kawan di Cairo. Sebut
saja, Udo Yamin, senior FLP Mesir dan sempat menjadi juri di beberapa
lomba penulisan antar mahasiswa disana, yang menulis buku Quranic
Quotion yang dikatapengantari oleh Ary Ginanjar. Abdurrahman Husen
menulis buku saku doa-doa harian yang dulu pernah ia ceritakan proses
penulisannya. Abdurrahman kini akan melanjutkan studi S2 di IIU
Malaysia mengambil konsentrasi Bisnis Syariah. Good luck friend!
Saya juga menemukan buku yang ditulis Yusuf Burhanuddin, mantan Ketua
PERSIS di Cairo tentang keajaiban Ramadlan. Saya tidak ingat persis
apa judul bukunya. Di rak yang lain, ada buku yang ditulis oleh M.
Guntur Romli aktifis NU di Cairo, juga saya tidak tahu persis
judulnya, kalau tidak salah tentang pemikiran Islam. Merekalah
inspirasi saya agar hidup ini menjadi lebih bermakna.
Bagaimana dengan asmara? Siapa yang menginspirasi dibaliknya? Hmm...
entahlah, untuk urusan yang satu ini, semula saya terinspirasi dari
seorang kawan yang tidak terlalu dipusingkan pada lawan jenis. Saat
orang lain ber-ramai-ramai mencari pacar, ia enjoy dengan status
jomblonya. Saat orang lain jalan dengan ditemani sang kekasih, ia
survive menjalani hidupnya sendiri.
Tapi, itu dulu. Saat ia masih memegang idealismenya. Sekarang, ia
sudah mulai "agak aneh". Setiap sms, postingan e-mail bahkan telpon,
ia selalu menanyakan : "Kapan lo punya pacar?". Ya, pertanyaan itu
mulai ia lontarkan kira-kira sejak dua-tiga bulan yang lalu, saat ia
dengan bangga memperkenalkan seseorang pada saya, mungkin karena ia
sudah terlalu lama menjomblo, makanya ketika punya pacar jadi "aneh"
begitu. Saya pun menjawab sekenanya: "Biar jomblo tapi tetap kreatif".
Dan, Anda tahu siapa kawan saya itu? Betul, itu dia orangnya, seorang
trainer pada perusahaan besar nasional, dosen mata kuliah Etika Bisnis
Syariah, dan calon mahasiswa pascasarjana Universitas Mercubuana,
Abdul Latief, SE.


Edi Hudiata HMT

"Agar Hidup Lebih Bermakna"

Tidak ada komentar: