Sabtu, 11 Oktober 2008

katalog penulis untuk menembus media

Adalah hal yang lumrah apabila penulis (pemula) sering kebingungan
soal 'nasib' naskah yang ditulisnya. Dia sudah berusaha dengan segenap
jiwa, tenaga, bahkan sampai ke finansial untuk menggarap sebuah
naskah, tetapi hasil yang didapatkan sepertinya jauh dari harapan
sebuah pengorbanan itu. Sebuah kalimat yang kerap dilontarkan adalah
'kok, naskah saya ditolak lagi'.

Pada umumnya, walau ini tidak bisa digeneralisasikan, sebuah naskah
jarang ditolak hanya karena alasan salah titik komanya, nggak betul
menggunakan tdana kutip, atau ada kalimat atau kata yang salah ketik.
Apalagi cuma karena judulnya yang kurang menarik. Atau yang lebih
parahnya lagi nama penulisnya yang nggak marketable banget.

Obrolan kang arul dengan ali muakhir pagi ini menemukan sebuah muara
bahwa penolakan naskah itu lebih kepada (1) tema yang diangkat, (2)
bagaimana kepiawaiaj merealisasikan tema itu kedalam naskah yang
ditulis, dan yang lebih penting lagi (3) apakah naskah yang
diterbitkan ini akan laku di pasaran atau tidak.

Tiga kategori ini dalam writers marketing menempati posisi yang cukup
penting. Seorang penulis (pemula) selayaknya menjadikan tiga kategori
ini sebagai pertimbangan yang dipikirkan masak-masak sebelum
menawarkan naskah ke penerbit; bahkan jauh sebelum naskah itu ditulis.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengetahui bahwa ketiga
kategori yang diinginkan oleh penerbit ini?

Dalam pembahasan soal writers marketing terdahulu (bisa dilihat di
situs www.menulisyuk. com) bahwa tiga rumus yang harus dimiliki oleh
penulis adalah SoPaN, yaitu Skill or Popular, and Networking. Dalam
kasus ini kata Networking menjadi tema utama. Kita bisa mengetahui
kategori ini apabila memiliki jaringan yang bagus dan baik dengan
pihak penerbitan. Apalagi sudah nge-friend dengan orang-orang
redaksinya, jadi kita bisa diskusi panjang tentang 'apa yang
dibutuhkan penerbit', 'tema apa yang sedang laris', 'berapa halaman
yang diinginkan', dan sampai 'daftar isi apa yang dimaui'.

Lalu, bagaimana kalau kita sebagai penulis (pemula) belum mahir soal
jarinngan ini?
Jawabannya mudah dan selama ini ada di depan mata; KATALOG buku.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga yang diterbitkan
Balai Pustaka pada halaman 515 disebutkan bahwa

ka.ta.log n 1 caik kartu, daftar, atau buku yg memuat nama benda atau
informasi tertentu yg ingin disampaikan, disusun secara berurutan,
teratur, dan alfabetis: kartu-- membantu memudahkan orang mencari buku
di perpustakaan; 2 Man daftar barang yg dilengkapi dng nama, harga,
mutu, dan cara pemesanannya;

Berkaitan dengan penerbitan buku, katalog yang dicetak dan dibagikan
secara gratis --biasanya pembagian gratis ini dilakukan pada saat
penerbit bersangkutan mengikuti pameran-pameran buku atau event
lainnya-- kepada (utamanya) target pembeli produk buku mereka. Dengan
pemberian katalog tersebut diharapkan pengunjung mengetahui apa produk
bukunya, bagaimana kaver buku-bukunya, berapa harga yang mesti dibayar
untuk sebuah buku, apa saja informasi yang terkandung dalam buku
seperti ISBN, jumlah halaman, cetakan ke berapa, dan sebagainya, dan
yang lebih penting adalah informasi tentang profil perusahaan
penerbitannya.

Selain pengunjung mendapatkan informasi, pembagian katalog juga
merupakan salah satu bukti seberapa terkenal dan kuatnya sebuah
perusahaan penerbitan tersebut. Walau dalam kasus tertentu hal ini
tidak bisa digeneralisasi, namun bagaimana katalog itu dibuat oleh
penerbitan merupakan pertanda seberapa seriusnya mereka menjalankan
usaha penerbitan tersebut. Ada katalog yang dibuat seperti buku;
halamannya berwarna semua, kavernya dof, dan dari jauh keliatan sama
saja seperti majalah yang keren. Ada katalog yang hanya dibuat di
kertas selembar dan hanya memakai warna yang duotone alias dua warna.
Dari dua jenis katalog yang dibuat, tentu yang pertama akan
mendapatkan perhatian lebih.
Dalam ilmu Writers Marketing, katalog sebenarnya merupakan rahasia
penerbitan yang layaknya harta karun. Sebab, dalam katalog banyak
informasi yang bisa didapatkan;

Pertama, Kontak Penerbit. Katalog harus memuat informasi alamat
perusahaan penerbitan, nomor telepon yang bisa dihubungi, bahkan
sampai alamat emailnya. Bagi penulis, dengan adanya informasi ini
jelas memudahkan berhubungan dengan penerbit. Mengembangkan NETWORKING
atau jaringan baik secara online maupun secara offline.

Kedua, Tema Buku. Membaca katalog berarti membaca tema buku apa saja
yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Nah, informasi ini sangat
berharga bagi penulis karena penulis akan tahu tema-tema seperti apa
saja yang 'mau' diterbitkan oleh penerbit yang bersangkutan. Tentunya
hal ini mengantisipasi kerugian sia-sia karena mengirim naskah dengan
tema yang nggak sesuai. Misalnya penerbit yang hanya menerbitkan
naskah-naskah nonfiksi, tapi dikirimi naskah fiksi. Jelas ini tidak
nyambung.

Kedua, Yang Belum Diterbitkan. Katalog yang dikumpulkan (apalagi
penulis yang rajin mengumpulkan katalog penerbitan dari tahun ke
tahun) adalah dokumentasi buku-buku apa saja yang pernah diterbitkan
oleh penerbit bersangkutan. Informasi ini jelas berharga karena
penulis jadi tahu apakah naskah yang (akan) ditulisnya apakah penerbit
tersebut pernah menerbitkan yang sejenis atau tidak. Sebab dalam dunia
marketing penerbitan 'untuk apa menerbitkan naskah yang sama?' Nah,
dengan demikian penulis bisa lebih sensitif untuk tidak asal saja
mengirimkan naskahnya.

Itulah katalog. Jadi kalau jalan-jalan ke pameran buku jangan hanya
nyari yang diskonnya aja, tapi kumpulan katalog yang selalu... GRATIS!

Best Regards,

.K.A.N.G.A.R. U.L.
Freelance Writers, Radio Announcer, Media & PR Consultants
Literary & Design Agency

Business Contact : +62 812 8749 407
Private Contact : +62 817 8040 88

Tidak ada komentar: