Sabtu, 11 Oktober 2008

menangkap inspirasi

Penulis: Octaviana Dina

Setiap penulis pasti pernah mengalami kebuntuan dalam menulis.
Mendadak macet di tengah-tengah proses penulisan, atau justru melempem
saat baru ingin mulai menulis. Penyebabnya karena padamnya lentera
inspirasi. Jalan pikiran menjadi gelap. Alhasil sang penulis terjebak,
tak tahu harus melanjutkan ke arah mana. Tak ubahnya bagai perahu
layar yang mendadak berhenti melaju akibat mati angin. Tidak maju,
tidak pula mundur. Hanya mengapung-apung di tengah samudera. Jika
sudah begitu, haruskah penulis berhenti menulis sementara menunggu
kembalinya inspirasi?

Inspirasi adalah motor penggerak bagi penulis. Kehadirannya memang tak
bisa ditebak. Kadang datang begitu saja tanpa diminta, kadang tak
kunjung tiba meski sudah dinanti-nanti. Lantas bagaimana seandainya
inspirasi tidak datang juga setelah sekian lama, haruskah penulis
hanya terus menunggunya? Tentu saja tidak, karena jika seorang penulis
baru menulis setelah inspirasi yang ditunggunya tiba, ini akan
menyulitkan si penulis itu sendiri. Ia sulit menjadi produktif apabila
hanya mengandalkan kedatangan inspirasi alias hanya pasif menunggu
sampai inspirasi itu hinggap di kepalanya. Oleh sebab itu, penulis
harus aktif mencari inspirasi. Menangkap inspirasi.

Di mana inspirasi berada? Thornton Wilder (1897-1975), seorang novelis
dan penulis sandiwara terkenal asal Amerika, berkata demikian: "bahan
mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu
untuk dibungkus kata-kata." Dengan kata lain, inspirasi ada di
mana-mana. Dunia di sekeliling kita adalah harta karun inspirasi yang
terus bertambah jumlahnya seiring dengan perjalanan waktu. Setiap hari
selalu ada yang baru. Matahari di hari Senin tak pernah seratus persen
sama dengan Matahari di hari Selasa keesokan harinya. Lagu X yang kita
nikmati di bawah langit cerah pastilah menghasilkan nuansa berbeda
dengan lagu X yang sama yang kita nikmati saat langit kelabu berhujan.
Selalu ada sesuatu yang baru. Betapa melimpahnya inspirasi itu di
sekitar kita. Keseharian kita sesungguhnya bertaburan inspirasi :
filem, berita, buku, musik, langit, bunga, kucing, pakaian, tutur
kata, gerak-gerik, tatapan mata, deru mobil, angin sore, lilin yang
menyala, bulan purnama….; terlalu banyak untuk disebutkan. Itu hanya
sebagian kecil dari sarang inspirasi.

Inspirasi selalu sedang menunggu kita, para penulis, untuk menemukan
dan menangkapnya. Dan kita pasti bisa, sebab kita semua telah
diperlengkapi dengan seperangkat alat penangkapnya: indera. Jadi,
apapun aktivitas keseharian atau kegiatan favorit kita, jangan biarkan
inspirasi berlalu begitu saja tanpa arti. Jangan biarkan filem yang
kita tonton, musik yang kita nikmati, buku yang kita baca, berita yang
kita dengar, kejadian yang kita saksikan, orang-orang yang kita temui
dan sebagainya, lewat dan sirna tanpa kita sempat menangkap inspirasi
yang bertebaran di dalamnya.

Tangkaplah inspirasi itu. Lalu catat dalam sebaris atau dua baris
kalimat agar jangan sampai hilang terlibas keseharian kita yang lain
sebelum akhirnya kita menjadikannya sebagai nafas dari tulisan kita
kemudian.

Jakarta, Juni 2007

Tidak ada komentar: